Selasa, 17 Desember 2013

I. PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Salah satu mata pelajaran di smk adalah seni budaya. Seni budaya merupakan pelajaran yang mempelajari tentang berbagai macam seni dan budaya yang tercipta dari alam dan manusia. Seni budaya memiliki beberapa cabang seperti seni rupa, seni kriya, seni musik, seni tari, dan lain – lain. Untuk saat ini, yang dipelajari adalah mengenai seni rupa khususnya tentang sejarah seni rupa yang dibagi dalam beberapa periode atau zaman. B. TUJUAN Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mempelajari, memahami, dan mengimplementasikan seni budaya khususnya seni rupa dalam kehidupan sehari – hari. Makalah ini merupakan salah satu upaya siswa untuk mengembangkan prestasi dan keinginan belajar. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat mendorong semangat membaca dan belajar siswa. Belajar tidak hanya didalam kelas tetapi dengan diberikan tugas seperti ini akan mempermudah siswa menangkap pelajran dan menambah wawasan. Makalah tentang karya seni rupa Zaman Hindu – Budha semoga dapat membantu siswa belajar mengenai sejrah seni rupa. C. PEMBATASAN MASLAH Atas latarbelakang dan tujuan dari penyusunan diatas, maka hal – hal yang dibahas dalam makalah ini diantaranya adlah sebagai berikut. 1. Sejarah seni rupa Zaman Hindu - Budha 2. Bentuk karya seni rupa terapannya 3. Korelasi karya seni rupa Zaman Hindu – Budha dengan manusia, budaya, dan hasil karya. II. ISI A. SEJARAH SENI RUPA zAMAN HINDU – BUDHA Seni rupa adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan perinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Zaman Hindu-Budha merupakan babak baru periodesasi kebudayan di Indonesia. Zaman ini juga di katakana sebagai akhir dari zaman prasejarah dan menjadi awal zaman sejarah. Hal ini di buktikan dengan adanya penemuan tulisan. Masa inipun sering dikatakan sebagai masa klasik. Peninggalan karya seni rupa pada masa Hindu-Budha yaitu prasasti dan candi. Prasasti adalah batu yang berisi sebuah tulisan tentang sesuatu peristiwa atau upacara tertentu yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan kerajaan. Pada zaman Hindu - Budha, banyak sekali kerajaan yang berdiri, mulai dari kerajaan kecil sampai kerajaan besar. Hampir semua kerajaan memiliki peninggalan yang berupa prasasti. Berikut adalah beberapa prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Budha. 1. Prasasti ciaruteum yang bergambar telapak kaki (Kerajaan Tarumanegara) 2. Prasasti kedukan bukit ( 683),menyebutkan kemenangan Raja Dapunta hyang (Kerajaan Sriwijaya) 3. Prasasti canggal di Gunung Wakir (732), menyebutkan Banga Sanjaya membangun sebuah lingga di daerah Kunjara Kunya di jawa Dwipa (Kerajaan Mataram Kuno) 4. Prasasti tukmas di lereng Gunung Merbabu,menyebutkan adanya mata air dari sumber yang dapat di samakan dengan sungai gangga (Kerajaan Kaling) Selain prasasti yang di sebutkan di atas, masih banyak lagi peninggalan kerajaan yang berkembang pada masa Hindu-Budha. Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang paling megah dan agung, karena orang zaman klasik membangunnya untuk tujuan yang agung yaitu untuk kegiatan spiritual. Candi berasal dari kata” Candika Gerha” yang artinya rumah dewi candika. Dewi Candika disebut juga Dewi Durga atau Dewi Maut. Orang membangun candi dengan harapan mendapat pertolongan dari dewi durga dalam kematianya sehingga candi kebanyakan berfungsi sebangai kuburan raja-raja. Pada perkembangan selanjutnya, Fungsi candi menjadi bermacam-macam di antaranya sebangai berikut : 1. Sebagai hiasan (Candi Sari) 2. Sebagai kuburan Abu Jenazah (Candi Budha) 3. Sebagai Pemujaan (Candi penataran) 4. Sebagai tempat Semedi (Candi Jalatunda) 5. Sebagai Pemandian (Candi Belahan) 6. Sebagai Gapura (Candi Bajang Ratu) Candi-candi ini dibangun sebagai tempat untuk beribadah yang menunjukkan bahwa seni pada zaman ini bersifat religius atau keagamaan. B. BENTUK KARYA SENI TERAPAN Peninggalan Hindu Bidang Seni Rupa- Selain pada arsitektur, pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada bidang seni rupa, seperti corak relief, patung atau arca, dan makara pada candi atau keraton. Dalam hal motif yang pada masa prasejarah berupa motif-motif budaya Vietnam purba, maka pada masa Hindu-Buddha berkembang dan makin beragam. 1. Zaman Hindu Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses: - Proses imitasi (peniruan) - Proses adaptasi (penyesuaian) - Proses kreasi (penguasaan) 1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja) b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra) d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia 2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu a. Seni Bangunan: 1) Bangunan Candi 2) Bangunan pura Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu: - Halaman depan terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai saji - Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa 3) Bangunan Puri Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb. b. Seni patung Hindu Budha Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb. Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu: - Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha) - Diantara keningnya terdapat titik (urna) - Telinganya panjang (lamba-karnapasa) - Terdapat juga kerutan di leher - Memakai jubah sanghati c. Seni hias Hindu Budha Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa. Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya: - Hiasan mahkota pada atap candi - Hisana menara sudut pada setiap candi - Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu - Hiasan makara, simbar filaster,dll 2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya - Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara - Hiasan flora dan fauna - Hiasan pola geometris - Hiasan makhluk khayangan C. KORELASI KARYA 1. Korelasi karya dengan manusia Manusia dengan fitrahnya yang takut akan kekosongan akhirnya memilih seni khususnya dalam konteks ini ialah seni rupa sebagai salah satu teman setia dalam menjalani kehidupannya. Dalam perkembangannya di barat akhirnya seni rupa diakui sebagai salah satu bidang keilmuan yang juga membuatnya menjadi sebuah profesi, hari ini khususnya di Indonesia yang secara tidak langsung menjadikan barat sebagai kiblat seni rupanya telah banyak melahirkan begitu banyak pemikiran, karya, dan orang – orang yang berkecimpung di dalamnya, hal ini juga beriringan dengan gerakan – gerakan yang lahir di setiap priode seni rupa di Indonesia. Manusia dalam kehidupan sehari – hari melakukan apresiasi dan persepsi seni. Dalam kaitannya dengan kesenian, apresiasi berarti kegiatan meng-artikan dan menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni serta menjadi sensitif terhadap gejala estetis dan artistik sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut secara semestinya. Dalam apresiasi, seorang penghayat sebenarnya sedang mencari pengalaman estetis. Sehingga motivasi utama yang muncul dari diri penghayat seni adalah motivasi untuk mencari pengalaman estetis. Pada dasarnya persepsi muncul karena ada kesadaran terhadap lingkungan dan melalui sebuah proses mental terjadilah interaksi antar obyek penginderaan dan makna, sehingga dengan demikian kemunculan persepsi seseorang terhadap sebuah obyek dipengaruhi oleh banyak faktor. Karya seni menghadirkan perasaan untuk direnungkanan oleh penghayat sehinga karya itu dapat dilihat dan didengar atau dengan berbagai cara penerimaan melalui simbol bukan melalui kesimpulan gejala. Oleh karena itu, suatu bentuk yang ekspresif adalah suatu bentuk yang dapat dipahami dan dibayangkan secara menyeluruh maksud yang dikandungnya, ataupun juga kualitas seluruh aspek yang ada di dalamnya, sehingga bisa menggambarkan secara menyeluruh dalam beberapa hal yang berbeda yang dipunyai elemen-elemen tersebut dalam berbagai hubungan analoginya. Jika proses ekspresi seni dianggap sebagai sebuah peristiwa komunikasi, maka karya seni rupapun dapat dianggap sebagai bahasa, sehingga setiap elemen rupa dan rekayasa sturkturnya yang ada dalam sebuah karya rupa adalah identik dengan kata dan gramatika. Lukisan sebagai bahasa simbolis memang menciptakan situasi yang simbolis, artinya penuh tanda tanya tentang hal-hal yang diungkap maksud dan arti yang dikandung dalam simbolnya. 2. Korelasi karya dengan budaya Seni rupa adalah suatu hasil cipta karya manusia yang bertujuan untuk menghibur masyarakat. Di Indoneisa ada banyak seni yang berkembang, diantaranya adalah seni rupa, seni tari, dan seni teater. Tetapi seni yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha adalah seni rupa Hindu-Buddha ditampilkan baik secara antropomorfik(pengenaan ciri-ciri manusia pada binatang, tumbuhan, atau benda mati) maupun non-antropomorfik. Motif yang paling umum digunakan adalah “teratai” atau padma, yang banyak dijumpai pada seni patung Hindu-Buddha. Kebudayaan merupakan wujud dari peradaban manusia, sebagai hasil akal-budi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik primer, sekunder, atau tersier. Wujud kebudayaan ini cukup beragam, mencakup wilayah bahasa, adat-istiadat, seni (rupa, sastra, arsitektur), ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan setiap kebudayaan yang lebih maju pasti mendominasi kebudayaan yang berada di bawahnya. Begitu pula kebudayaan India yang dengan mudah diterima masyarakat Indonesia. Pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang kebudayaan, berbarengan dengan datangnya pengaruh dalam bidang agama itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat berwujud fisik dan nonfisik. Hasil kebudayaan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia yang berwujud fisik di antaranya: arca atau patung, candi (kuil), makara, istana, kitab, stupa, tugu yupa, prasasti, lempengan tembaga, senjata perang, dan lain-lain. Sedangkan peninggalan kebudayaan yang bersifat nonfisik di antaranya: bahasa, upacara keagamaan, seni tari, dan karya sastra. 3. Korelasi karya dengan hasil karya pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada bidang seni rupa, seperti corak relief, patung atau arca, dan makara pada candi atau keraton. Dalam hal motif yang pada masa prasejarah berupa motif-motif budaya Vietnam purba, maka pada masa Hindu-Buddha berkembang dan makin beragam. a. Patung Arca (patung) dipahat membentuk mahluk tertentu, biasanya manusia atau binatang dengan tujuan mengabadikan tokoh yang dipatungkan. Patung dibuat oleh para seniman dan pemahat handal yang termasuk kasta waisya. Biasanya patung ini disimpan dalam candi sebagai penghormatan terhadap dewa dan raja yang disembah. Adakalanya sebuah patung raja disimbolkan sebagai patung dewa atau raja yang dipuja. b. Relief Relief merupakan seni pahat-timbul pada dinding candi yang terbuat dari batu. Pada candi bercorak Hindu, relief tersebut biasanya melukisan cerita atau kisah yang diambil dari kitab-kitab suci maupun sastra (bias cerita utuh, bias pula hanya cuplikan), misalnya Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana, Arjuna Wiwaha, berikut tokohtokoh Wayang Punakawan yang tak terdapat di India. Sedangkan dalam candi Buddha, pada reliefnya terpahat cerita seputar kisah hidup Siddharta Sang Buddha. Ada pula relief yang menceritakan cerita legenda dari India dan cerita fabel. Masing-masing daerah memiliki corak relief yang khas. Relief pada candi di Jawa Tengah tak sama dengan relief di candi di Jawa Timur. Di Jawa Tengah, karakteristik objek (manusia, hewan, tumbuhan) pada relief-reliefnya bersifat natural; artinya Bentuk pahatan objek tak jauh beda dengan bentuk asli dari objek tersebut (dua dimensi). Sedangkan, karakteristik objek pada relief di Jawa Timur tampak lebih pipih seperti bentuk wayang kulit (satu dimensi). Menurut para ahli, peralihan karakteristik para relief ini menunjukkan peralihan dari zaman Hindu-Jawa ke zaman Jawa- Hindu. Artinya: ketika kekuasaan beralih dari barat (Jawa Tengah) ke timur (Jawa Timur), dengan sendirinya kebudayaan masyarakat Jawa makin berkembang, makin percaya diri dengan corak seninya sendiri, tanpa harus terus menyontek budaya India. c. Makara Dalam mitologi Hindu-Buddha, makara adalah perwujudan seekor binatang laut besar yang diidentikkan dengan buaya, hiu, lumba-lumba, sebagai binatang luar biasa. Binatang “jadi-jadian” ini menjadi salah satu motif yang lazim dalam arsitektur India dan Jawa. Biasanya patung (bisa pula berbentuk relief) makara ini dipajang pada pintu gerbang candi atau keraton. Pada Candi Borobudur, contohnya, makaranya berbentuk binatang paduan: berkepala gajah, bertelinga sapi, bertanduk domba, dengan singa berukuran kecil di dalam mulut makara tersebut. Pahatan makara ini biasanya berfungsi sebagai mulut saluran air mancur. III. PENUTUP A. KESIMPULAN Pada zaman hindu-budha penguasaan teknik mencipta sebuah karya seni rupa mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ha ini terbukti dengan peninggalan-peninggalan seperti bangunan candi, patung, bejana, atau nekara yang dibuat dengan kemampuan teknik yang sangat tinggi. Di zaman itu juga telah dikenal berbagai macam teknik, seperti pengecoran. Kesenian banyak berkembang di lingkungan istana yang diprakarsai oleh kaum bangsawan. Periode ini disebut pula sebagai zaman klasik, karena banyak melahirkan karya seni bentuk klasik yang bertahan sepanjang masa. Contoh peninggalan pada zaman ini adalah candi, patung, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar